Chu,fan,chi pedagang china dalam bayang bayang budaya kuno kerajaan Bolaang mongondow raya

Chau ju-kwa seorang pedagang kuno cina menulis sebuah perjalanan penting sekitar tahun 985 masehi sampai 1008 masehi tentang perdagangan cina dan arab di kawasan nusantara timur.
Penulis mencoba menghubungkan perjalanan penting chau ju-kwa di kaitkan dengan budaya kuno di Bolaang mongondow raya.berikut isi tulisan chau ju-kwa dalam buku chu,fan,chi di kaitkan tentang budaya adat,peralatan dan kebiasaan kuno di Bolaang Mongondow raya..



Sebuah perjalanan penting dari Chan-ch'ong dan Ma-i, selama tiga puluh hari perjalanan memasuki pelabuhan sebuah negara dengan tembok kota terbuat dari papan kayu,kota ini memiliki 10.000 jiwa kerajaan itu memiliki kendali atas 14 wilayah kabupaten kota.istana raja di tutupi atap daun pei-i-to.

(Atap rumbia di gunakan sebagai atap rumah di sebut "atop")

"Cara berpakaian raja mirip bahasa china" ika dia tidak memakai pakaian dan pergi bertelanjang kaki, lengan atasnya dilingkari 15 dengan cincin emas, pergelangan tangannya dengan pita sutra emas dan tubuhnya terbungkus kain katun. Dia duduk di atas sebuah Ketika dia keluar, mereka membentangkan sehelai kain besar yang tidak bergaris, di mana dia duduk, sejumlah pria memikulnya tinggi-tinggi, mereka menyebutnya "ajuan"

(Cara berpakaian raja mirip china.pakaian adat bolaang di sebut "BANGIANG"dahulu kala penggunaan kain menggunakan kain Toladang sikayu dengan motif khas, dalam riwayat bahwa raja dalam perjalanannya di tandu oleh beberapa orang atau di kenal "lantakan")


ia diikuti oleh lebih dari lima ratus orang, orang-orang di depan 20 membawa pedang bermata tunggal dan bermata dua dan senjata lainnya, yang berada di balik piring emas yang dipenuhi kapur barus dan kacang pinus.
(Pengawal raja identik menggunakan tombak "tungkudon" dan pedang "abit" kapur dan kacang pinus adalah kapur sirih "silon" dan pinang "mama'an")



seratus kapal tempur, dan ketika mereka memiliki pertunangan, mereka membawa pedang dan memakai baju besi. Yang terakhir dilemparkan tembaga dan dibentuk seperti tabung besar, di mana mereka memasukkan tubuh mereka untuk melindungi perut dan punggungnya. 
kapal sering terbuat dari emas Negara ini tidak menghasilkan gandum, tapi rami dan nasi.


(Produksi Beras sudah di hasilkan sejak dahulu kala wilayah BMR merupakan kerajaan penghasil emas sebutan emas di kenal "bulawan")

Mereka memiliki domba, unggas dan ikan, tapi tidak ada ulat sutra. Mereka menggunakan benang tanaman "U-pei"untuk membuat kain.
(Di wilayah sulawesi tidak di temukan produksi sutera,Kain tenun Toladang sikayu di hasilkan dari serat kulit kayu lalu di tenun,Mereka menarik getah yaitu pohon Ua-mong, dan pohon koko untuk membuat anggur.

(Pohon aren/nira di ambil sarinya di jadikan minuman di kenal "molosing"
Istri dan anak perempuan di keluarga kaya memakai sarung brokat mewah, dan dari win berwarna emas 

Sebagai hadiah pernikahan mereka pertama kali memberi anggur, lalu kacang pinang, lalu cincin jari, dan setelah ini pemberian 35 kain katun atau sejumlah emas atau perak, untuk menyelesaikan upacara perkawinan.

(Kebiasaan adat kuno adalah pemberian kain toladang sikayu dan kain turia,dan emas oleh pengantin pria kepada wanita di kenal "momali kon adat" baju adat yg masih di jaga sampai sekarang adalah penggunaan sarung kemudian menggunakan win/tali pinggang dengan mahkota di sebut pinding)

Untuk menguburkan mayat mereka, mereka memiliki peti mati dan mereka membawanya ke perbukitan di atas bara bambu di mana mereka dibiarkan tidak diindahkan.

(Dahulu kala mayat tidak di kuburkan namun di tempatkan di sebuah tempat "tombaloyon" hal ini terdapat dalam cerita kuno bahwa ras yang bermukim di sekitar wilayah tudu aog pasi yang mempunyai ciri rambut merah karena dahulu ada seorang ibu hamil yg meninggal setelah mayat di simpan setelah 2 minggu terdengar suara tangisan bayi setelah di cek anak tersebut masih hidup berada di atas perut mayat ibunya rambutnya kotor oleh daging ibunya setelah di bersihkan rambutnya menjadi merah)

Ketika mereka mulai membajak di bulan kedua, mereka - menawarkan pengorbanan kepada roh (leluhur) mereka namun" ketika tujuh tahun telah berlalu, mereka menghentikan pengorbanan ini.

(Kebiasaan kuno adalah setiap penanaman besar,membuka ladang baru di kenal "dugu'an" pengorbanan dengan memotong sapi.kerbau (bantong) atau babi rusa )

Hari ketujuh dari tanggal dua belas bulan di tahun baru mereka. Ke 5 negara adalah bagian yang lebih panas. Saat penghuni memberi pesta, mereka bergembira dengan memukul drum, meniup seruling gong, dan dengan bernyanyi dan menari.

(Musik kolintang khas bolaang adalah gong,drum dan suling dahulu masih sering di baik di acra kerajaan,pesta pernikahan atau frstival yang akan di hadiri raja di kenal "mongulintang.tarian di kenal tarian motayok,dan tarian modana-dana)

Mereka menggunakan bambu atau daun "pei" sebagai anyaman, pengganti piring dan cangkir lalu di buang mereka saat mereka selesai makan.
(Cara makan kuno menggunakan bambu adalah memasak nasi di isi ke dalam bambu di kenal "binarundak" dan anyaman daun yg di isi nasi di kenal "mongatupat")

Negara ini dekat dengan negara Ti-mon Ada pohon obat, akar yang direbus menjadi salep, Yang terakhir ini diambil secara normal dan juga digosok di sekujur tubuh, dengan cara ini luka pedang tidak pernah terbukti fatal.
(Pengobatan kuno yg jadi kebiasaan adalah mengumpulkan akar di jadikan salep/obat gosok di campur minyak kelapa di kenal "panimbur")

Negara ini menghasilkan artikel berikut: kapur barus dari varietas, 
mei-hua-nau  
kiau-nau 
mi-nau 
Penghasil lilin kuning, laka-kayu dan kura-kura, dan pedagang asing barter untuk brokat perak imitasi emas perdagangan dan perak perak, brokat Kien-yang hiasan sutra beraneka ragam, benang sutra yang bervariasiu, manik-manik kaca, botol kaca, timah, timah penyerap untuk jaring, ban gigi gading, rouge, mangkuk dan piring dipernis, dan porselin hijau.


(Banyak di temukan di wilayah BMR sebagai perhiasan mewah piring antik di kenal "pindan muna")

Tiga hari setelah sebuah kapal asing tiba, di pantai ini, raja dan keluarganya serta para pejabat istana, (Catatan: pembantu petugas itu ditata), naik ke kapal untuk menanyakan tentang kesulitan dalam perjalanan.
(Bobahasaan adalah adat untuk menanyakan maksud dan tujuan di kirim utusan untuk menanyakan maksud dan keinginan dari tamu/pendatang)

Orang-orang kapal menutupi papan dengan brokat sutra, menerimanya dengan hormat, memperlakukan mereka dengan segala jenis anggur, dan membagikan di antara mereka sesuai dengan peringkat, hadiah dari kapal emas dan perak, tikar dengan tapal dan kain payung.
Ketika Orang-orang kapal telah ditambatkan dan pergi ke pantai, adalah kebiasaan, sebelum mereka menyentuh pertanyaan tentang barter, agar para pedagang memberi makan raja makanan dan minuman China kepada raja setiap hari karena alasan inilah kapal-kapal pergi ke negaranya, mereka harus membawa satu atau dua koki yang baik.

Pada bulan purnama dan hari bulan baru mereka juga harus hadir di tanggul raja, dan selama ini kira-kira sekitar satu bulan, setelah itu mereka meminta raja dan pejabat kerajaan untuk memperbaiki harga barang mereka,
Kegiatan ini dilakukan untuk memukul drum untuk mengumumkan kepada semua orang di sekitar dan sejauh mana izin untuk berdagang dengan mereka telah diberikan.


(Budaya yg sdh di tinggalkan adalah jika ada urusan penting biasanya dahulu para sangadi memukul wadah berbentuk drum biasanya terbuat dari kayu besar yg di lobangi sehingga menimbulkan bunyi di kenal "kukulan" di wilayah perkebunan hal ini masih di temukan sebagai informasi menunjukan jam makan atau istrahat)

Perdagangan secara sembunyi dengan harga tetap bisa dikenai sanksi. Sudah menjadi kebiasaan memperlakukan para pedagang dengan sangat baik, Sebab jika ada di antara mereka yang memiliki modal besar, dia akan dibebaskan dengan denda dan tidak terbunuh.
(Denda dalam hukum adat di kenal "momogoi")

Pada hari ketika kapal hendak berlayar pulang, raja juga mengeluarkan anggur dan seekor kerbau dibunuh dengan cara pesta perpisahan, "dan membuat kado kapur api dan kain katun asing, sesuai dengan nilai dari hadiah yang diterima dari orang-orang kapal. kapal tersebut harus menunggu sampai festival untuk menghormati dewa (leluhur) pada hari bulan purnama di bulan keenam karena, jika tidak akan menemui cuaca buruk dalam perjalanannya.

(Sdh menjadi kebiasaan umum sejak dahulu kala,penjmputan atau perpisahan tamu penting untuk memotong hewan untuk di sajikan,kapur api adalah proses membakar kemenyan wadahnya di kenal "kokuitan" dan proses meminta adalah permohonan kepada sang pencipta dan kepada para leluhur/penjaga alam untuk ahli bintang dan cuaca di kenal "monalenga")

Dewa mereka (leluhur) tidak memiliki bayangan dalam bentuk manusia tempat tinggalnya terdiri dari bangunan bertingkat terbuat dari bambu dari beberapa lantai, berbentuk 10 seperti pagoda, Di bawahnya ada sebuah kuil kecil yang melindungi dua mutiara, Penduduk pribumi mengatakan bahwa kedua mutiara pada awalnya cukup kecil, tapi mereka memiliki derajat tumbuh sampai ukurannya sama dengan ibu jari.

(Agama leluhur juga masuk kategori agama shaman percaya ada sang pencipta namun yakin bahwa alam di jaga leluhur tempat atau wadah masih kita temui pada proses monibi di buat tempat khusus dr bambu di kenal "sigi")


Pada pesta dewa Raja secara pribadi menawarkan bunga dan buah selama tiga hari, di ikuti oleh semua penghuninya, baik pria maupun wanita.
5 wanita hadir Pada tahun kedua periode t'ai-pHng hing-kuo (977 M), negara ini dikirim sebagai utusan P'u A-li atau ( Abu Ali), dan yang lainnya, untuk hadir sebagai penghormatan kepada kami Kapur kampau, kura-kura, gading, dan kayu cendana. 
Sosok abu ali ada kemiripan dengan seorang yg di kenal sebagai Bogani yg bermukim di wilayah toraot dumoga di kenal "Bogani bagunda Ali"

Dokumen resmi yang mereka sampaikan ditutupi oleh sejumlah 20 bungkus kertas, kertas itu seperti kulit pohon pohon, tapi tipis, halus dan mengkilap, dan berwarna kehijauan, beberapa meter dan setebal satu inci Saat digulung, itu sama seperti yang bisa diungkit. 
Karakter yang ditulis di atasnya bagus dan kecil, dan dibaca secara horisontal. Arti mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Cina sebagai berikut:

Raja Po-ni mengarahkan kepalanya ke tanah untuk berjaga-jaga, dan berdoa agar Kaisar Yang Mulia bisa hidup sepuluh ribu kali sepuluh ribu kali satu juta tahun, dan itu Lebih lanjut mengatakan dalam dokumen itu bahwa, seperti dalam perjalanan penghormatan tahunan mereka, mereka cenderung didorong oleh angin ke Chan-ch'ong, karena itu mereka meminta agar Chan Chan diinstruksikan oleh Yang Mulia untuk tidak menahan mereka . utusan mereka diajukan ke Li-pin-yiian dan dikirim kembali dengan hormat.
Pada tahun kelima yuan-fong (1082 M) mereka mengirim misi lebih lanjut dengan upeti.

(Memang di wilayah bolaang mongondow raya telah terjadi kepunahan cara penulisan kuno namun di yakini ada bisa di perhatikan dalam bentuk pahatan rumah adat.namun hal yg bisa di kaitkan adalah "itu itum" atau doa adat yaitu permohonan kebaikan,rejeki,umur,kesehatan dan lain lain proses adat kuno yg masih di pertahankan sampai sekarang masih kita bisa saksikan dalam proses pnjmputan/mengantar tamu adat.itu itum di lakukan oleh guhanga dan memang melihat ke tanah adalah proses permintaan kepada sang pencipta dan alam)

Itulah salinan naskah penting perjananan chau ju-kwa memang sampai hari ini catatan tersebut masih sulit di buktikan namun penulis mencoba menghubung hubungkan keadaan tersebut dengan budaya dan perilaku/kebiasaan yang mempunyai kesamaan dengan budaya kuno di bolaang mongondow raya. Catatan chan- hua masih menjadi perdebatan akan penentuan lokasi yang sebenarnya namun para ahli yakin tempat yang di kunjungi berada di sekitar wilayah sulawesi atau kalimantan.
Manuskrip kuno penting yang di tulis sekitar 985 masehi sampai 1008 masehi ini bisa menjadikan dasar bahwa kita jangan hanya terfokus pada data sejarah eropa namun kita juga harus mempelajari berbagai catatan kuno pedagang china,arab,persia karena merekalah pedagang kuno yg pertama kali menguasai wilayah nusantara sehingga kelak peradaban masa lalu di bolaang mongondow raya bisa kita buktikan menguatkan cerita (ouman) para orang tua/leluhur yang masih kita dapatkan cerita cerita itu sampai hari ini.semoga..!

Comments