Siklus sejarah untuk Peradaban Bolaang mongondow raya


Teori Siklus berpendapat  bahwa sejarah itu  bergerak melingkar. Setiap peristiwa historis akan selalu berulang kembali. Semboyan terkenal akan selalu berulang kembali.  Semboyan terkenal dalam teori ini adalah I’histoire se repete, artinya sejarah itu berulang apa yang dulu pernah terjadi akan terulang kembali baik di masa sekarang  maupun dimasa yang akan datang. Teori ini lahir berdasarkan alam pikiran Yunani yang menyebutkan bahwa negara dan kebudayaan itu timbul dan tenggelam dalam urutan ulangan yang sama. Dan pandangan teori ini sebenarnya telah dianut oleh bangsa Yunani, Romawi, dan China Kuno jauh sebelum ilmu sosial modern lahir. Mereka membayangkan perjalanan hidup manusia pada dasarnya terperangkap dalam lingkaran sejarah yang tidak menentu. Ibarat negara dan kebudayaan itu tumbuh, berkembang, mati kemudian tumbuh kembali, dan berulang-ulang.


Adanya pembagian fase pada teori ini yang didasarkan kepada asumsi bahwa jiwa manusia memanisfestasikan potensinya pada alam nyata yang mengambil bentuk masyarakat atau bangsa. Dari sini lahir suatu kebudayaan yang akan mengalami pertumbuhan, keemasaan dan kemudian masa kejatuhan. Pada  sisi lain, teori siklus juga sering  disebut sebagai teori lingkaran abadi, bahwa tidak ada sesuatu yang baru dalam peristiwa sejarah. Segala sesuatunya akan terus berulang secara abadi.
Pada abad ke 14, seorang Sejarawan Arab bernama Ibnu Khaldun menyusun teori umum untuk perhitungan perkembangan politik dan sosial. Dia adalah seorang sejarawan muslim satu-satunya yang menyarankan alasan sosial dan ekonomi bagi perubahan sejarah. Pemikiran Ibnu Khaldun terinspirasi dari kata-kata klise yaitu

“... Tak ada sesuatu yang baru di dunia”

Kerangka konsep pemikirannya tertuang dalam Al-Muqadddimah. Di Al-Muqaddimahtersebut, Khaldun menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan yang terjadi, perihal watak manusia, seperti keliaran, keramahtamahan, solidaritas golongan, tentang revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada munculnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan tingkat yang bermacam-macam, tentang kegiatan dan kedudukan seseorang, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu pengetahuan dan industri, politik serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat.

Teori siklus ibnu Khaldun juga menyatakan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial-politik atau memerlukan orang lain. Kemudian Ibnu Khaldun menjelaskan tentang proses siklus secara rinci, yaitu sebagai berikut:
1. Asal mula Negara;
2. Sosiologi masyarakat;
3. Khilafah;
4. Bentuk – bentuk pemerintahan;
5. Tahap timbul tenggelamnya peradaban. Tahapan – tahapan tersebut terjadi secara berulang – ulang sehingga disebut dengan teori siklus.

Gerak perkembangan sejarah menurut Khaldun tidaklah berupa lingkaran dan dari garis yang lurus (linier), tetapi berbentuk spiral. Pola sejarah Khaldun mirip dengan pola Spengler dan Pola Toynbee. Khaldun mengungkapkan bahwa teori kebudayaan bersifat siklus. Sehingga Khaldun beranggapan bahwa dalam sejarah manusia pola yang berlaku adalah siklus.

Apa yang terjadi hari ini di bolaang mongondow raya kita lihat dan kita rasakan tentang kejadian kejadian menyangkut pemerintahan,politik,hukum yang terjadi di bolaang mongondow raya adalah bagian dari siklus perubahan sejarah salah satu contoh

Di masa lalu kerjaan bolaang di saat menikmati masa kejayaannya oleh datoe binangkal loloda mokoagow di akhir masanya mulai tercipta perubahan siklus politik yang kemudian di gantikan oleh anaknya Yakobus manoppo,salomon manoppo,eugenus manoppo,christoffel manoppo..
Setelah datoe binangkal meninggal dunia terjadi perubahan politik yang sangat drastis di kerajaan bolaang..

Yakobus manoppo yang hadir sebagai pengganti ingin menciptakan peradaban baru dengan membuka jalan investasi bagi VOC, di sisi lain hal ini menguntungkan namun di sisi lain hal ini merubah pola peradaban bahkan di ketahui keturunan jacobus manoppo dalam garis monarki banyak menemui Hambatan hambatan dalam karir politiknya, termasuk pengasingan oleh VOC kepada Raja salomon manoppo ke afrika selatan meskipun tindakan sang raja adalah salah satu bentuk rasa tanggung jawab dan cinta kepada rakyatnya, dalam hal ini para walak minahasa yang datang ingin lepas dari aturan dan ketidak adilan perusahaan VOC, menentang monopoli sistem investasi VOC namun apa daya Kontrak dan perjanjian tak dapat di rubah. hal serupa terus di alami oleh pemimpin berikutnya Raja Eugenus Manoppopun mengalami hal serupa harus di asingkan ke Roben island Afrika selatan begitu pula hal yang di alami christoffel manoppo yang juga berakhir sama di pengasingan pulau roben afrika selatan..

Pola spiral sejarah yang dapat kita lihat hari ini di bolaang mongondow raya adalah sama namun tokoh dan kronologisnya berubah, 

Coba kita perhatikan siklus yang terjadi pada pemerintahan bupati bolmong induk yang menimbulkan kekisruhan bahkan sampai menjadi topik nasional.
Hal pokok yang menjadi persoalan dari kejadian bupati bolaang mongondow adalah bukan persoalan investasinya namun ada pada pokok ijin apakah sudah lengkap atau belum.namun tujuan utama adalah agar apa yang menjadi tujuan investasi dapat bermanfaat guna bagi kepentingan masyarakat dan pemerintahan Bolaang mongondow, tindakan itu menjadi bumerang, di saat situasi ini meredup tiba tiba muncul perubahan situasi pada elit politik marlina moha siahaan yang harus di vonis mendekam di penjara maka terjadi pula berbagai macam persepsi bahwa ada yang pro dan ada yang kontra.dukungan kepada marlina moha siahaan tidak lepas atas prestasinya memekarkan Bolaang Mongondow Raya.hal yang sama di saat puteranya Aditya anugerah moha mengerahkan segala upaya menyelamatkan karir politik ibunya, namun beliau juga harus mengalami hal yang sama.Pro dan kontra bermunculan namun hal ini tak dapat di elakan..!


Jika datoe binangkal sudah mengalami pengalaman atas investasi di masa portugis dan spanyol sehingga menyebabkan pemerintahanya berjaya maka peluang investasi VOC di kerajaan Bolaang tidak serta merta di terimanya namun masih melihat peluang,gerakan masif VOC mulai memecah persatuan dan kesatuan di kerajaannya akhinya memicu konflik baru mulai pecahnya Party party pendukung sang Datoe...
Sama halnya dengan bupati bolmong melihat investasi sebagai peluang dengan menegakan kedaulatan daerahnya menuai kronik dan konflik..


Setelah ayahnya Datoe Binangkal/Loloda Mokoagow meninggal dunia dan di gantikan oleh anaknya Raja jacobus manoppo Mokoagow sang Raja kembali membangun kerajaan melalui investasi VOc untuk bisa menguatkan kembali pemerintahanya. kontrak di buat atas dasar menguntungkan pihak kerajaan dan dukungan penuh VOC atas Kedaulatan Kerajaan Bolaang namun hambatan di temui oleh anaknya salomon manoppo serta eugenus manoppo dan christoffel manoppo harus berhadapan dengan persoalan melawan Perjanjian dan kontrak yang menyebabkan pengasingan ke 3 raja di afrikan selatan.Ke 3 raja mempunyai tujuan menuntut di kembalikanya  kedaulatan kerajaan Bolaang seperti sedia kala.

Marlina moha siahaan yang bergerak gesit berjuang memekarkan BMR adalah prestasi terbaik yang pada akhirnya terkatung katung oleh persoalan politis dan harus pada akhirnya menerima kenyataan konflik berubah menjadi persoalan hukum yang mau tidak mau harus di jalani,begitu pula dengan anaknya aditya anugerah moha yang karir politiknya melejit ke tingkat nasional maksud utamanya adalah baik ingin menyelamatkan kronik dan masalah yang menimpa ibundanya namun juga harus pasrah dengan kejadian hukum yang di alaminya..


Peristiwa di masa moluccos abad ke 16 di era Datoe binangkal, dan Raja Salomon Manoppo yang menjadi topik hangat di masa lalu, seakan kembali terjadi munculya peristiwa yang menjadi, isu Nasional di masa pemerintahan Republik Indonesia Jaman Bupati Bolmong Yasti suprejo mokoagow dan aditya anugerah moha siahaan adalah bagian dari peristiwa pengualangan sejarah masa lalu tokoh dan pelakunya berbeda namun pola sejarahnya sama.dua tokoh di masa lalu dan dua tokoh di masa kini menjadi bagian penting sejarah yang harus kita pahami.

Kita tidak bisa menghakimi kejadian ini namun kita harus memahami bahwa pola spiral sejarah ini bisa menjadi titik awal peradaban baru di tanah totabuan kita harus memahami sejarah untuk membangun peradaban yang lebih baik di tanah totabuan Bolaang mongondow raya.

Pola spiral yang dikemukakan Khaldun, misalnya negara, bahwa setiap kali negara mencapai klimak kejayaannya, seiring itu pula akan memasuki masa senja dan mulai mengalami keruntuhan untuk digantikan oleh negara lain yang baru. Kemudian negara baru itu tidaklah mulai dari nol, tetapi dengan mengambil sebagian dari peninggalan, warisan, dan tradisi negara yang lama. Negara baru itu melengkapinya, menciptakan kebudayaan yang lebih maju dan berbeda dari negara sebelumnya. Meskipun memang pada mulanya perbedaannya tidak begitu kontras, namun lama kelamaan sama sekali kontras.

Mari kita merenung..

Apakah ini kebetulan?.
Tidak..! 
Apakah siklus ini bagian dari masa lalu?..
ya..! Tokohnya berbeda namun siklus sejarahnya sama..!


Apa yang terjadi hari ini di bolaang mongondow raya adalah pengulangan siklus sejarah. Setelah di mekarkanya BMR dan terjadi perubahan peta politik bisa di pastikan siklus sejarah sejak abad ke 16 sampai abad ke 20 sebelum di mekarkanya BMR pola spiral dari kemunduran hampir 500 tahun secara perlahan bergerak mulai naik menuju kepada bakal kejayaan peradaban Bolaang Mongondow Raya

Namun hal ini harus di pahami dengan meyatukan kembali persatuan dan tujuan membangun BMR yang lebih baik..fakta yang terjadi hari ini mulai dari kronik,konflik dan perseteruan elit politik dan persoalan hukum yang mendera para elit BMR adalah pesan dan teguran yang baik dari sang maha pencipta agar satukanlah tujuan untuk membangun dan memakmurkan tanah Totabuan yang di berkahi....

Jika tidak maka Gerak perkembangan menurut Khaldun berarti gerak ke depan dan tak terbatas, serta selalu bertujuan pada kerentanan dan kerusakan. Oleh karenanya, berdasarkan pada contoh diatas, sejarah itu merupakan kisah negara-negara yang muncul, tumbuh dan hancur. Kehancuran itu sendiri merupakan sesuatu yang pasti dan satu-satunya hal yang dapat terhindar dari kehancuran adalah perkembangan.

Ibn Khaldun membuat teori tentang tahapan timbul tenggelamnya suatu Negara atau sebuah peradaban menjadi lima tahap, yaitu:

a) Tahap sukses, dimana otoritas negara didukung oleh masyarakat (ashabiyyah) yang berhasil menggulingkan kedaulatan dari dinasti sebelumnya;
b) Tahap tirani,  dimana penguasa berbuat sekehendaknya pada rakyatnya. Nafsu untuk menguasai menjadi tidak terkendali;
c) Tahap sejahtera, ketika kedaulatan telah dinikmati. Segala perhatian penguasa tercurah pada usaha membangun negara;
d) Tahap tentram dan damai, dimana penguasa merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para pendahulunya;
e) Tahap kemewahan, dimana penguasa menjadi perusak warisan pendahulunya, pemuas hawa nafsu dan kesenangan. Pada tahap ini, negara tinggal menunggu kehancurannya.

Dari tahapan-tahapan tersebut akhirnya memunculkan tiga generasi, yaitu: Generasi petama; generasi pembangun, generasi yang masih memegang sifat-sifat kenegaraan. Generasi kedua; generasi penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan, menjadi tidak peka lagi terhadap kepentingan bangsa dan negara. Generasi ketiga; generasi ketidakpedulian. Mereka  tidak lagi memiliki hubungan emosional dengan negara dan mereka tidak pernah memedulikan nasib negara.

Jika suatu bangsa sudah mencapai pada generasi ketiga ini, maka keruntuhan negara sudah di ambang pintu. Dari tahapan diatas dapat disederhanakan ketika sebuah Peradaban besar dimulai dari masyarakat yang hidup dengan kesusahan dan penuh perjuangan. Keinginan untuk hidup makmur dan terbebas dari kesusahan hidup ditambah dengan ashabiyyah, membuat mereka berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan perjuangan yang keras pula. Ketika Impian tersebut telah tercapai maka akan memunculkan sebuah peradaban baru. Adanya kemunculan peradaban baru tersebut memberikan dampak atas mundurnya peradaban tersebut dari peradaban lain. Tahapan-tahapan tersebut berputar seperti roda yang tidak pernah berhenti. Lebih sederhana lagi teori siklus ialah; lahir, tumbuh, berkembang dan mati.

Maka marilah kita generasi yang hidup di kolong langit Totabuan melihat kembali sejarah untuk membangun peradaban yang lebih baik pesan leluhur "mototabian,motompiaan bo mototanoban harusnya pesan leluhur ini tidak menjadi hanya sebatas seremonial saja namun yang sangat penting bagi generasi saat ini adalah kita harus mampu menerapkan pesan leluhur dengan tindakan nyata. Kita semua pasti menginginkan peradaban baru yang tumbuh dan berkembang dan tidak menginginkan peradaban yang hancur dan mati. Kejadian penting yang terjadi di Bolaang Mongondow Raya hari ini kita jadikan bekal untuk menguatkan persatuan dan kesatuan bukan menjadi bahan perdebatan",segeralah berbenah karena alam mulai berkehendak,negeri Totabuan telah melewati berbagai macam fase dan siklus perubahan saatnya kita harus bangkit dan maju membangun peradaban." inggai kita motobatu molintak kon Totabuan".....semoga.!

Comments