Minahasa Keturunan Leluhur Bolaang Mongondow


Suku Bangsa Minahasa adalah Keturunan Leluhur Agung Bolaang Mongondow ? 


Bolaang Mongondow dan suku suku di minahasa mempunyai kekerabatan dan hubungan keluarga yang sangat dekat namun karena situasi politik di abad ke 17 menyebabkan dua saudara adat ini terpisah dan masing masing membentuk kesatuan dan teritori masing masing berikut Hubungan Bolaang mongondow dan minahasa yang di catat oleh wiken dan swarzh dalam buku "Tidjchsrif Vor Zending Swetenschap Mededeelingen" pada bagian "Verhal Eener Reis Naar Bolaang Mongondow" pada saat kunjungan ke Bolaang dan mewawancarai pihak kerajaan Bolaang Mongondow di tahun 1867.

Legenda asal usul keluarga kerajaan. 

Keluarga kerajaan Bolaang-Mongondon menganggap sebagai garis keturunan surgawi trah langit dengan menyebut Istilah Korongian/Kohongian 

Boèdolangi sebagai Leluhur dalam hikayat turun dari langit,Budolangit menikahi seorang Putri cantik dari Dumoga bernama Boki Sandilo,dari pernikahan ini mendapat seorang putra bernama Yayubangkai dan putri,sang putri bernama Boki Salamatiti. 

Pada suatu malam Boki Salamatiti bermimpi di datangi dan digauli oleh malaikat,mimpi ini terus terjadi selama 6 kali,dalam mimpinya malaikat ini menyampaikan bahwa dia akan menjadi seorang ibu. 

Sangat terkejutnya Boki Salamatiti karena pada suatu hari Boki melahirkan telur yang indah seperti warna pelangi,karena malu melahirkan telur ini Boki merahasiakan kejadian ini pergi dan menyembunyikan telur di sarang burung di sebuah gunung di antara dua sungai yang mengalir jernih. 

Beberapa waktu kemudian Amalie dan Inalie datang mengambil air di mata air gunung tersebut mereka menemukan sarang burung yang di erami burung,burung itu di usir dan telurnya dibawa pulang,selama enam hari telur tersebut lupa untuk di masak pada hari ketujuh terjadi ledakan dan gemuruh.Telur tersebut pecah dan di dapati anak laki laki kecil seperti ukuran kadal kecil.  Para Bogani Dumoga berbondong bondong menuju rumah Amalie dan Inalie seperti terjadi keributan besar untuk menyaksikan kehadiran anak ini. 

Anak tersebut di besarkan oleh Amalie dan Inalie mereka memberi nama Mokodoludut artinya adalah bunyi gemuruh dan riuh orang berkumpul.setelah dewasa di beri nama Punu Gumolung,  Di masa kecilnya Mokodoludut sering sakit-sakitan,untuk menyembuhkannya Orang tua angkatnya mencari dukun Kalamona untuk mengobati menggunakan Jimat dan Buluh/Bambu kuning,namun Buluh/Bambu kuning ini juga meledak dan keluarlah seorang Bayi perempuan yang cantik di beri nama "Bonia" maka kedua anak ini di besarkan dan diasuh sampai dewasa,Mokodoludut menjadi pria perkasa dan pemberani dia terpesona dengan kecantikan saudara perempuan angkatnya Boki Bonia menjadi istrinya,
Setelah menikah Mokodoludut diangkat dan dipilih oleh para Bogani melalui musyawarah mufakat menjadi kepala / Pemimpin Besar dengan gelar Punu Mokodoludut,Punu Gumolung. 

Dari perkawinan Mokodoludut dan Boki Bonia mereka memiliki 4 anak yaitu Yayubangkai,Ginupit,Golonggom,Pondadat. 

Suatu hari Mokodoludut berburu di hutan,dia bertemu dengan seorang wanita yang tersesat sendirian di hutan belantara wanita itu diberi nama Boki Mo'onid wanita ini juga menjadi istrinya dari perkawinan ini mendapat seorang anak di beri Nama Ginsapondo. 

(Apakah Boki Mo'onid sesungguhnya yang juga di kenal sebagai Lumimuut? Dalam buku Pintu gerbang ilmu pengetahuan minahasa karya J.G.F Riedel bahwa Lumimuut pergi ke tanah Mongondo sekembalinya dari mongondo Lumimuut hamil,hikayat ini belum juga dapat di pastikan sepenuhnya karena terjadi perbedaan alur cerita di mongondo dan di minahasa ) 


Boki Ginsapondo tidak Cantik,pada suatu hari Boki memutuskan untuk meninggalkan Dumoga melarikan diri dengan cara misterius melewati Kotabunan,Belang ke Minahasa Boki Ginsapondo menjadi Nenek Moyangya beberapa kepala suku suku di minahasa. 

Ginupit menikah dengan BulanBoki berasal dari Moyayad tempat antara Solimandoengan dan Langagon).
Golonggom menikah dengan Putri Lealoetoe dari Gorontalo 

Anak laki-laki tertua Yayubangkai menikahi Boki Silagondo yang berasal dari Buntalo memiliki dua orang anak putra yaitu Kinalang Damopolii dan Mokoapa. 

Kinalang Damopolii menikahi Tendedoewajo Boki Sinumolantaan mendapat anak Bernama Boetiti/Busisi dan Ponamon
Boetiti/Busisi menikah dengan Limbatondo Boki Ginolantungan mendapat empat anak laki laki yaitu Makalalo,Takadumakul,Dunu dan Makalungsenge. 

Makalalo pergi ke minahasa di mandolang Tateli menikahi Boki Ganting ganting mendapat anak Mokodompit 

Mokodompit menikahi Dongankilat dari pulau lembeh mendapat anak Mokoagow
Mokoagow menikahi Mogijadi dari lembeh memperanakan Tadohe 

Tadohe menikahi Boki Kijaba dari Babo dekat Buntalo mendapat anak Loloda Mokoagow juga di sebut Binangkang mokoagow kemudian di pilih oleh penduduk Bolaang Mongondow dan Minahasa menjadi Datu atau Raja.
Loloda Mokoagow di kenal sebagai Datu/Raja pengembara sering berada di mongondou dan juga di minahasa tiga tempat utama berada di Manado,Amurang dan Bolaang. 

Loloda mokoagow di kenal dengan senjata dan kemampuan perangnya banyak kepala kepala wilayah yang mencoba memberontak tapi akhirnya tunduk.bahkan sultan Ternate membuat persahabatan dengannya pada suatu waktu diundanglah Datu Loloda Mokoagow ke Ternate dan masing masing kerajaan di adu tanding,Ternate mempersiapkan seorang pria raksasa yang gagah perkasa,Loloda mokoagow hanya menyiapkan salah satu pasukannya yang berbadan kecil namun sigap,yang pada akhirnya mampu menaklukan Petarung raksasa dari ternate,hal inilah kemudian Sultan Ternate membuat persahabatan dengan Datu Bolaang Loloda Mokoagow.(Valentjin mencatat kisah ini mengingatkan kisah Daud dan Goliath) 

Datu Loloda diriwayatkan memilki 29 selir dan memiliki 3 istri sah di Bolaang bernama Langa'an di manado bernama meha' dan di amurang bernama Malo' dari putri amurang Malo' inilah kemudian mendapat seorang Putra Manoppo karena Manoppo sekolah di sekolah spanyol di manilha mendapat nama baptis Ya'Kub atau Jacobus di minahasa Manopo juga di panggil Maopo atau Nimaopo.Keturunan Manoppp yang kemudian menjadi Raja Monarkinya Bolaang Mongondow sejak abad ke 17 sampai abad ke 19. 

Menurut tradisi Datu Loloda Mokoagow berkuasa selama 30 tahun ketika sudah tua,dan di tahun 1639 sebuah kapal besar Compania atau VOC terdiri dari tujuh orang atas nama Compania menasihatinya untuk melepas tahta dan mencari pengganti karena Usia yang sudah lanjut .Dan menanyakan kepadanya siapa anak yang di pilih untuk di angkat menjadi penggatinya.untuk memberi jawaban atas hal ini Datu harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan para Kolano dan Bobato baik dari.Bolaang,Mongondo dan Minahasa.Datu berjanji kepada para Kolano dari minahasa untuk memutuskannya dalam 7 hari.Pada malam ke enam Pangeran Manoppo bersama keluarga pendukungnya dan di kawal oleh 24 tentara dan 7 Kolano dari minahasa menuju kapal Compania dan melaporkan bahwa dia sudah di pilih menjadi Raja,di sisi lain belum ada kesepakatan bersama dari fihak Kolano dan Bobatos dari Bolaang dan Mongondo,Datu Loloda merasa Takut malu dan marah kemudian menghilang,kemarahan itu membuat Loloda memutuskan untu mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri di sungai Lombagine (Inobonto) selama 3 hari rakyat mencari dan menemukan dalam kondisi masih hidup namun kaki sang Datu telah berubah menjadi ekor buaya,dibawalah Loloda ke mongondo untuk di obati dan ahirnya juga sembuh pulih seperti sedia kala oleh seorang dukun Talenga, nasihat kepada Datu agar tidak lagi marah karena Bagaimanapun Ki Manoppo,NiMaopo yang menggatikannya juga adalah anaknya. 

Sampai dengan tahun 1689 Compania mencoba mengunjungi Datu Loloda di mongondow namun Compania VOC di anggap bertindak berlebihan urusan internal yang menyebabkan muncul sikap bermusuhan di dalam pemerintahan para kolano dan Bobatonya.tak Lama sebelum Datu loloda meninggal dia mengabarkan kepada para Loyalisnya yaitu Bantik dan Tombariri yang ada di mongondo untuk silahkan kembali ke minahasa,namun para loyalis tidak mau dan tetap setia berada di bolaang. 

Jacobus manoppo resmi menjadi Raja Bolaang Mongondou, Ia memerintah selama 20 tahun, menandatangani kontrak dengan Kompeni pada awal pemerintahannya, dan secara sukarela melepaskannya Minahasa secara permanen dari kedatuan Bolaang besar,setelah itu ia menetap di Bolaang. 

Setelah Datu Loloda Mokoagow meninggal dunia para Kolano di minahasa mengumpulkan para pekerja dan atas ijin Raja Jacobus.Manoppo mulai di kumpulkan batu dan kapur para pekerja dari minahasalah yang mengerjakan pembangunan Kubur beton Datu loloda mokoagow.sebagai penghormatan kepada almarhum.

Dalam silsilah di atas, Minahasa disebutkan beberapa kali dalam kaitannya dengan pangeran pangeran Bolaang Mongondou. Minahasa dan mongondow memiliki hubungan yang dekat fakta bahwa kedua negara telah lama menjalin hubungan, tidak mengejutkan kita.  Kedekatan keduanya, kesesuaian bahasa, akhlak, dan adat istiadat, kekerabatan beberapa rumpun di Minahasa dengan orang Mongondou, tradisi tentang orang yang sama, dll, sangat jelas membuktikan adanya hubungan ini.  
Berdasarkan cerita dari Bolaang-Mongondou Sejumlah rincian tentang berbagai tempat dan kabupaten di Minahasa, kami diberitahu ceritanya 

Tomohon memiliki rasa sagu aren yang khas dan enak pada suatu waktu Loloda dalam perjalanan dari manado ke Saithe dan saat berada di tomohon merasa haus,loloda menyuruh di carikan air sagu,seluruh rumah di geledah namun tak ada satupun yang di temukan,Datu Loloda marah dan mengutuk semua pohon sagu aren di sekitar tomohon,Dan sejak saat itu semua air nira sagu aren di tomohon berubah menjadi tidak enak dan buruk. 

Pemandian air panas ditemukan di dekat desa Passo di Kecamatan Kakas. Ketika seorang pangeran Bolaang-Mongondou ingin mandi karena daerah paso memilki cuaca dingin di dalamnya, air dengan sendirinya mulai menghangat dan mendidih karena penguasa negeri itu telah turun ke dalamnya dan ingin mandi tempat ini disebut "Wowutaan". 

Akhirnya, dengan kontrak, Radja Bolaang-Mongondou secara damai menyerahkan Minahasa kepada Kompeni.



Valentjine mencatat tentang hubungan orang Minahasa dengan Bolaang-Mongondou: 

Meskipun tradisi lisan berbeda antara di Bolaang Mongondow dan Minahasa,kami menyimpulkan dengan kebenaran bahwa hubungan kedua bangsa Bolaang Mongondow dan minahasa pada awalnya adalah dekat dan bersahabat mamun lambat laun ketika Loloda Mokoagow mulai mengambol otoritas sepenuhnya atas minahasa meskipun karena hubungan kekerabatan otoritas Bolaang hanya ada pada beberapa kabupaten antara lain Tonsawang,Povosakan,Somoit,Ratahan dan Bantik yang terus setia mengirim upeti dan pajak kepada Raja Bolaang.Namun kemudian wilayah ini lepas melalui kontrak Raja Fransiscus Manoppo di tahun 1731 dan akhirnya penduduk ini berhasil di satukan dalam aliansi atau asosiasi yang bernama minahasa. 

Gelar kolano = pemimpin wilayah juga di kenal di minahasa dan bolaang mongondow dan di minahasa sendiri tidak pernah mengenal Datu atau Raja,minahasa tidak pernah memiliki raja sendiri,Spanyol pernah menunjuk muntu muntu putra Linko kambene namun Kolano Tombulu menolak dan tidak puas dengan hal ini. pendapat kami bahwa sebagian Minahasa masih bergantung pada Bolaiing-Mongondou) hal di buktikan  oleh fakta bahwa pajak dibayarkan oleh beberapa kabupaten di Minahasa kepada Raja di Bolaang mongondou, yang juga oleh banyak penduduk Minahasa.Hal ini juga di catat oleh Valentjin bahwa Datu Loloda Mokoagow Raja Manado. 

Pernyataan ini tampak jelas sebelumnya batas-batas Minahasa membentang dari Amurang ke Pontak. bahwa seluruh wilayah antara Rano -i-apo dan sungai Poigar tidak tertarik pada Minahasan,namun upaya dari para misionaris membuahkan hasil,wilayah yg sebelumnya sebagai yuridiksinya Bolaang yang dikenal "Minahasa merah" dapat di tarik kedalam otoritas baru Minahasa yang bersatu. 

Raja Bulan hanya memiliki 900 orang pasukan, yang tinggal di sepanjang punggung gunung Salamandonga/Solimandungan. "Bagaimana mungkin kekuatan ini dapat menundukkan dan membuat anak sungai seluruh Minahasa? Klaim Bolaäng-Mongondouers, bahwa Raja tidak membantu para kolano Minahasa yaitu Tombariri, Sarongsong, Tomohon dan Kakaskassen untuk mengusir Spanyol,Namun Voc oleh Gubernur PADBRUGGE lah pada tahun 1679 yang bersekutu dan membantu para Kolano minahasa mengusir Spanyol.atas dasar surat tiga kepala suku minahasa.Sehingga Minahasa tidak pernah meninggalkan Bolaang tapi Raja Bolaanglah yang meninggalkan minahasa.

Bolaäng-Mougondou sendiri juga  awalnya terdiri dari lima kabilah yang di di pimpin kepala suku bermukim di sekitar wilayah Bolaang dan Mongondo.  Pemukim Boeloean, dulu tinggal di Gunung Boeloean, di tepi Nonapan. Kemudian ditaklukan oleh pemimpin Binangunan oleh Kinalang yang di pimpin oleh Obodia pemukiman ini berada di Kaki gunung ambang,Batu batu besar yang berada di kaki gunung ambang adalah bekas bekas Bangunan tempat tinggal mereka yang kini berubah menjadi batu berserakan.yang ketiga adalah pemukiman Inongkob asal usul yang ajaib berasal dari Rotan buritan atau Rotan merah juga ditaklukan oleh Kinalang, ketiga adalah pemukim Polian menetap di pinggir sungai ongkag mongondow yang juga menyatakan setia kepada Kinalang,yang keempat adalah Pemukim Lombagine penduduk asli Bolaang menetapndi sekitar Pasi yang sebelumnya menetap di Lolak dan Tenga yang masih menggunakan bahasa kuno,dan yang kelima adalah Pemukim Dumoga yang di sebut Binangunan memperoleh otoritas tertinggi  dan mampu menyatukan empat pemimpin lainya Boeloean,Inongkob,Polian dan Lombagine,Trah Binangunan yang kemudian menurunkan Bangsawan Bolaang Mongondou 

Setelah kelima pemukim dan kepala suku ini bersatu kemudian membentuk satu kesatuan yang saling mengikat Tau Dumoga sebagai Binangunan memegang tampuk tertinggi sebagai Trah Korongian/Kohongian atau Kinalang sebagai Bangsawan mengikuti rakyat yang di bagi menjadi empat Trah atau menjadi Trah Simpal,Nonow,Tahig dan Yobuat.Kesatuan ini kemudian menjadi ikrar dan sumpah setia bersama dengan nama Perjanjian Paloko Bo Kinalang,"Sintak Ba Bibitonku Iko" artinya adalah Angkatlah aku maka aku akan melindungimu,Paloko sebagai Rakyat memilih pemimpin dan kinalang sebagai rakyat wajib melindungi dan menjaga rakyatnya/Paloko Sistem ini dikenal dalam fisiognomi Bolaang-Mongondou. 

Selain kelima suku tersebut yang menurut mereka hidup di kerajaan Bolaang-Mongondou, di antara orang-orang Radja yang kini tak terhitung jumlah yang datang dari berbagai tempat lain di minahasa ke Bolaang Mongondow di antaranya.  Penduduk Moyag dikatakan berasal dari pulau Lembeh, orang-orang Pontodon berada di Pontak (distrik Tompasso), orang-orang Langagon berasal dari Romoön/Rumoong, orang-orang dari Kobo-bësar dan Kobo-kitjil (Tumubui) menurut cerita, dibawa oleh Radja binangkang ke Bolaang-Mongondou, dan kini seluruhnya menjadi Rakyat Bolaang-Mongondouers.Padahal di masa lalu suku-suku tersebut sangat terpisah satu sama lain, kemudian mereka semakin bercampur satu sama lain, sehingga saat ini mereka hanya membentuk satu bangsa dengan bahasa, moral dan adat istiadat yang sama adat mongondow. 

Sumber olahan : Tidjchsrif Vor Zending Swetenschap Mededeelingen" pada bagian "Verhal Eener Reis Naar Bolaang Mongondow" 

Menarik mendalami sejarah suku suku yang ada di sulawesi utara,Persolan sulit untuk membedah hubungan Bolaang di minahasa karena rujukan di minahasa selalu ditarik kedalam kesatuan suku yang di bentuk dengan nama minahasa,Sebaliknya di Bolaang Mongondow tidak sulit mengidentifikasi melalui hikayat karena hikayat leluhur Bolaang Mongondow dan minahasa terdapat pada Kabilah kabilah atau suku suku di minahasa terutama Tonsawang,Ponosakan,Ratahan,Pasaan dan Bantik. 

Seperti kasus di Bolaang Mongondow Raya meskipun di dalamnya terdiri dari empat kerajaan yang kemudian menyatu menjadi satu wilayah dengan Nama Bolaang Mongondow di abad ke 19, namun otoritas masing masing dengan asal muasal leluhur yang berbeda tetap di hormati. 

Apakah Minahasa adalah juga keturunan Bolaang Mongondow..? YA sebagian suku suku minahasa adalah keturunan leluhur Bolaang Mongondow..! 

#SaveSejarahBolaangMongondow
#TorangSamuaBasudara

Comments